Makna Lagu 7 rings – Ariana Grande. Lagu “7 Rings” meledak sebagai salah satu anthem paling ikonik akhir dekade 2010-an, sekaligus menjadi penanda perubahan citra seorang diva pop yang dulunya dikenal lemah lembut menjadi sosok yang percaya diri, mandiri, dan sedikit “savage”. Dirilis pada Januari 2019 sebagai single kedua dari album kelima, lagu ini langsung menduduki puncak tangga lagu di lebih dari 20 negara dan bertahan tujuh minggu di posisi teratas Amerika Serikat. Dengan beat trap yang berat, interpolasi melodi klasik dari musikal legendaris, dan lirik yang penuh flex tentang belanja mewah serta persahabatan, “7 Rings” sering disebut sebagai lagu “rich girl anthem” generasi milenial akhir. Namun di balik kemewahan yang ditampilkan, lagu ini menyimpan cerita tentang trauma, penyembuhan, dan cara unik seseorang mengatasi rasa sakit lewat materialisme—sebuah pendekatan yang tetap relevan hingga hari ini. BERITA BASKET
Latar Belakang dan Proses Penciptaan: Makna Lagu 7 rings – Ariana Grande
Ide “7 Rings” lahir dari momen spontan setelah penyanyi itu mengalami hari yang sangat berat. Dalam keadaan sedih pasca-putus cinta dan masih berduka atas kehilangan mantan kekasihnya, ia mengajak enam sahabat terdekatnya ke toko perhiasan mahal di New York dan membelikan mereka cincin berlian identik—total tujuh cincin. “I want rings,” katanya saat itu, dan dari situlah judul serta konsep lagu muncul. Lagu ini ditulis dalam waktu kurang dari satu minggu bersama tim tetapnya: Victoria Monét, Tayla Parx, serta produser Tommy Brown dan Charles Anderson. Mereka juga dengan cerdik menyisipkan melodi “My Favorite Things” dari musikal klasik, mengubah daftar keinginan sederhana menjadi pernyataan kemewahan modern: berlian, champagne, dan kartu kredit tanpa batas. Video musiknya yang bergaya rumah boneka pink dan penuh simbolisme persahabatan bahkan memecahkan rekor penayangan tercepat di platform video saat itu dalam 24 jam pertama.
Makna Lirik: Kemewahan sebagai Terapi: Makna Lagu 7 rings – Ariana Grande
Di permukaan, lirik “7 Rings” terdengar seperti selebrasi kekayaan berlebih: “Breakfast at a famous jewelry store / Bought matching diamonds for six of my friends / I’d rather spoil all my friends with my riches.” Namun penyanyi itu sendiri pernah menjelaskan bahwa lagu ini adalah bentuk retail therapy setelah serangkaian kejadian tragis dalam hidupnya. Baris “I’ve been through some terrible things this past couple years… so I bought some things to make me feel better” menjadi kunci utama. Ia mengakui bahwa membeli barang mewah dan memanjakan teman-temannya adalah cara dia mengalihkan rasa sakit—sebuah mekanisme koping yang jujur meski kontroversial. Refrain ikonik “I see it, I like it, I want it, I got it” bukan sekadar flex, melainkan pernyataan kepemilikan atas hidupnya sendiri setelah merasa kehilangan kendali selama bertahun-tahun. Lagu ini juga menegaskan pentingnya persahabatan perempuan; tujuh cincin itu melambangkan ikatan yang tak bisa dibeli uang, meski dibeli dengan uang.
Kontroversi dan Kritik yang Mengikuti
Tak lama setelah rilis, “7 Rings” menuai kritik keras karena dianggap mempromosikan konsumerisme berlebihan dan sikap materialistis. Banyak yang menyebutnya sebagai lagu “tone-deaf” di tengah kesenjangan ekonomi yang semakin lebar. Tuduhan plagiarisme juga muncul dari beberapa rapper yang mengklaim alur lirik dan flow mirip dengan karya mereka sebelumnya. Meski demikian, lagu ini tetap menjadi simbol empowerment bagi sebagian besar penggemar, terutama perempuan muda yang melihatnya sebagai bentuk “treating yourself” setelah kerja keras atau patah hati. Hingga kini, setiap kali lagu ini diputar di klub atau playlist, ia masih mampu mengubah suasana menjadi perayaan diri sendiri—terlepas dari semua debat yang menyertainya.
Kesimpulan
Lebih dari sekadar lagu tentang berlian dan belanja, “7 Rings” adalah potret jujur bagaimana seseorang menghadapi trauma dengan cara yang paling manusiawi: kadang kita memang butuh sesuatu yang nyata untuk dipegang ketika hati terasa hampa. Lagu ini mengajarkan bahwa tidak apa-apa merayakan kesuksesan, memanjakan diri, dan mengelilingi diri dengan orang-orang yang mencintai kita—bahkan jika caranya terlihat berlebihan bagi orang lain. Enam tahun setelah rilisnya, “7 Rings” tetap menjadi pengingat bahwa penyembuhan tidak selalu harus tampak bijaksana atau sederhana; terkadang ia datang dalam bentuk cincin berlian, tawa bersama sahabat, dan keberanian untuk berkata, “I got it”—baik itu barang, kebahagiaan, maupun kendali atas hidup sendiri.